Kamis, 22 Maret 2012

Anda Bisa Menjadi Lebih Baik dari yang Anda Sangka *)


John Chambers, CEO Cisco System, menceritakan pengalamannya sebagai murid yang harus berjuang keras di sekolah. Ia menemui kesukaran di dalam membaca dan menulis, namun ia mampu meniti karier luar biasa hingga ia menempati posisi manajemen tertinggi dalam perusahaan terkemuka dunia itu. “Bagi saya, membaca itu menyakitkan,” ujar Chambers mengenang masa-masa sekolahnya sewaktu kecil, seperti dikutip oleh Jerry Porras (Success Built to Last). “Guru-guru saya berpikir saya tidak cukup pintar, dan saya juga merasa begitu. Saya tidak dapat memahami mengapa saya tidak dapat mengalami kemajuan seperti orang lain.”

Pengalaman Chambers itu menyediakan hikmah tentang bagaimana persepsi orang lain tentang diri kita bisa berpengaruh demikian dalam terhadap apa yang kita pikirkan mengenai diri kita sendiri. Lantaran guru mengira Chambers tidak cukup pintar, ia pun menyangka dirinya memang seperti itu. Semakin buruk persepsi orang, berpotensi semakin menenggelamkan diri kita bila kaki kita tidak kokoh berdiri.

Benarkah kita tidak bisa menjadi lebih baik? Benarkah kemampuan kita hanya sebatas ini? Para ahli manajemen yang berlatar psikologi akhir-akhir ini mengingatkan kembali tentang betapa penting dan betapa bergunanya memiliki keyakinan mengenai kemampuan diri sendiri. Bukan hanya memikirkan bahwa kita mampu meraih apa yang kita tuju, tapi juga meyakini bahwa kita pun bisa memiliki dan menguasai kemampuan itu.

Barangkali terlampau sering kita dijejali keyakinan bahwa kecerdasan kita, kepribadian kita, dan perilaku kita sudah tetap. Apapun yang kita lakukan, apa saja ikhtiar yang kita upayakan, kita tidak bisa bertambah baik. Mentok! Inilah pandangan yang ditanamkan oleh lingkungan kepada kita. Apa akibat pandangan tersebut? Kita jadi lebih fokus kepada upaya mencapai sasaran atau tujuan sebagai suatu cara pembuktian diri. Ini loh saya, bisa kan? Padahal untuk dapat mengembangkan diri dan menguasai kompetensi baru harus memperoleh perhatian lebih dari pencapaian suatu target. Seperti juga Chambers, alih-alih membuktikan diri bahwa ia pintar membaca dan menulis, ia justru memilih untuk mengembangkan kemampuan lain yang kelak kemudian hari ternyata sangat membantunya dalam menempuh karier. Ia membangun kepintaran dalam berbicara, mempersuasi dan menggali pandangan orang lain.

Tentu saja, sebagai CEO, ia mampu membaca dan menulis, tapi baginya menulis memo sekalipun masih tidak nyaman. Ia lebih memilih untuk bertemu dan berbicara dengan orang secara personal jika memungkinkan. Kemampuannya dalam memahami pandangan orang lain melalui percakapan serta kepiawaiannya dalam mempersuasi terus meningkat dengan seringnya ia bertemu orang lain.
Caranya mengatasi kesulitan menulis ini, ternyata malah membawa keuntungan bagi Cisco. Dengan energi dan keyakinannya yang kuat melalui berbicara, Chambers mampu menarik para pelanggan dari berbagai belahan dunia bagi perusahaannya.

Tidak ada yang mandeg dan tetap. Setiap orang memiliki kemampuan untuk terus mengembangkan diri. Tentu saja, untuk mampu menguasai hal-hal baru dibutuhkan keyakinan bahwa ia bisa menjadi orang yang lebih baik, berani menempuh kesukaran dalam upayanya itu dan mengapresiasi perjalanan itu sama berharganya seperti tujuan yang ingin diraihnya. Begitulah, bila bisa menjadi lebih baik, menjadi baik saja tidaklah cukup dan setiap orang niscaya bisa melakukan itu. John Chambers telah membuktikannya.
_____



Sabtu, 10 Maret 2012

ANDA INGIN MENJADI PENULIS? Mari Membuat Sangkar Ilmu *)

Isna Sulastri
FKIP Uninus

Membaca merupakan salah satu keterampilan yang harus ditumbuhkembangkan dalam diri setiap manusia. Ini merupakan perintah pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Wahyu pertama ini selengkapnya berbunyi sebagai berikut. “(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. (2) Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. (4) Yang mengajar (manusia) dengan pena. (5) Dia mengajarkan apa yang tidak diketahui manusia” (At-Tanzil, 2005: 1346).

Dengan belajar mengimplementasikan perintah Allah itu, diharapkan kita akan mendapatkan nikmat dan berkah dari-Nya antara lain berupa ilmu pengetahuan. Menurut Alwasilah (2009:ix) “Ilmu adalah cahaya”. Semoga dengan menjadi insan yang berilmu, minimal kelak kita akan dapat menjadi lentera, andai merasa belum mampu menjadi matahari. Insya-Allah lentera pun  tetap dibutuhkan oleh banyak orang, terutama dalam perjalanan di kegelapan malam. Cahayanya akan menerangi orang-orang yang berada di sekitarnya, sehingga dapat membantu mereka meneruskan perjalanannya sampai ke tujuan. Demikian pula halnya dengan ilmu yang kita miliki. Dia merupakan cahaya yang datang dari Allah.

Perlu disadari bahwa ilmu manusia itu liar dan bersayap. Dia dapat terbang kemana saja, jika tidak tersedia sangkar buatnya. Oleh karena itu, seorang ilmuwan perlu  mengikatnya dalam sangkar yang tepat. Ini diingatkan oleh banyak pakar. Mereka menghimbau kita via sepotong kalimat yang berbunyi, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya” (Lihat antara lain dalam http://ilmukomputer.org/).

Ayo mahasiswaku, … jika Anda sudah mendapatkan sesuatu dari aktivitas membaca, selanjutnya marilah belajar membagikan hasil bacaan itu kepada orang lain. Caranya antara lain dengan menulis di dalam blog masing-masing. Ini salah satu cara yang sangat mungkin untuk kita lakukan dalam rangka berbagi dengan sesama. Sekali lagi, sangat mungkin.

Mengapa sangat mungkin? Antara lain karena menulis di blog tidak memerlukan birokrasi yang panjang dan tidak harus menunggu persetujuan dari pihak yang berwenang, seperti halnya jika kita ingin menulis dalam media tertentu. Terkadang di situ ada "konflik kepentingan" sehingga tulisan yang bagus pun ada kalanya tidak dimuat. Padahal menurut Alwasilah ( 2009: ix ) seyogianya, “Tidak ada birokrasi dalam ilmu pengetahuan…”. Apa yang beliau katakan ini sangat penulis rasakan, pada saat ingin berbagi ilmu melalui blog. Sungguh sangat nyaman dan membuat hati ini amat tentram.

Nah, menunggu apa lagi wahai mahasiswaku. Beraktivitas di blog serasa berada di rumah sendiri. Sangat nyaman dan tidak banyak aturan yang mengikat. Selama kita mau dan mampu menulis, "Mbah Geogle" tidak akan pernah menolak tulisan sejelek apa pun. Semua dapat dimuat di blog kita. Manakala merasa kurang puas dengan kualitas tulisan yang sudah diterbitkan, kita pun leluasa merevisinya kapan pun, selama merasa mempunyai cukup waktu untuk ini.

Oleh karena itu mari menjadikan blog kita sebagai "sangkar ilmu". Tidak perlu malu untuk menulis apa pun yang menurut kita bermanfaat. Bertemali dengan ini Alwasilah ( 2009:ix ) mengatakan bahwa, “Tidak ada ilmu yang lebih bergengsi dari ilmu lain, karena semua ilmu adalah cahaya yang datang dari Allah Swt.” Di mata Tuhan semua ilmu itu sama derajatnya.

Bagaimana kawan ??? Jika setuju dan merasa tertantang, bekerjalah sesuai pesan ustad. Mulailah sekarang juga, jangan ditunda-tunda lagi. Supaya gampang, awalilah dari yang kecil-kecil, dari yang ringan-ringan saja. Oke! Selamat berkompetisi membuat sangkar ilmu, semoga bermanfaat.

Sampai bertemu lagi.
Salam sukses untuk semua.


Daftar Pustaka


Alwasilah, A.C. (2009). “Sambutan Pembantu Rektor Bidang Akademik dan 
Kemahasiswaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)” dalam
Wacana Bahasa Mengukuhkan Identitas Bangsa. Kado Purnabakti
Prof. Dr. H. Syamsuddin AR. M.S. Bandung: Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI

At-Tanzil. (2005). Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung: Sinar Baru 
Algesindo

IlmuKomputer.com. Tersedia: http://ilmukomputer.org/ [ 02 Juli 2010 ]

Sulastri, Isna. 2010. “Mari Membuat Sangkar Ilmu”. Tersedia: http://
uniisna.wordpress.com/2010/07/

_____
*) Tulisan ini pernah dimuat dalam  http://uniisna.wordpress.com/2010/07/
     02/mari-membuat-sangkar-ilmu/. Kini sengaja penulis munculkan di sini
     dengan sedikit modifikasi.Tujuan utamanya adalah untuk konsumsi mahasiswa.

     Semoga bermanfaat.




Rabu, 07 Maret 2012

TUGAS: Menulis Artikel *)


Surat edaran Ditjen Dikti No. 152/E/T/2012 yang mewajibkan mahasiswa untuk menulis dan memublikasikan karya ilmiahnya di jurnal ilmiah, ternyata disambut beragam oleh berbagai kalangan. Ada yang sangat mendukung dan ada pula yang menentangnya. Sebagai mahasiswa, tentu Anda juga mempunyai pendapat terkait itu bukan? Silakan tuangkan pandangan dan komentar Anda dalam sebuah artikel ilmah dengan ketentuan sebagai berikut:

  • tema: “Pandangan Anda tentang kewajiban menulis karya ilmiah sebagai syarat kelulusan”;
  • artikel ditulis dengan huruf Times New Romans ukuran 12 pt;
  • panjang artikel minimal 250 kata, maksimal 700 kata;
  • artikel harus  didukung oleh beberapa sumber bahan (minimal tiga) dan sumber bahan selengkapnya dicantumkan dalam Daftar Pustaka;
  • jika Anda sudah memuat artikel dalam blog masing-masing, segeralah memberitahukannya pada Ibu melalui email, paling lambat 17 Maret 2012, pukul 21.00.

Selamat berkarya semoga artikel Andalah yang terbaik.
Artikel  terbaik insya-Allah akan dimuat dalam “Rumah Kedua Kita” ini.

Mari berkompetisi demi mengangkat citra diri! 
_____
*) Tugas ini khusus unuk kelas B.IV