Prodi / Fakultas : PBS.
Indonesia / FKIP Uninus
Kelas / Semester : C/IV
Dosen :
Isna Sulastri
Sifat Ujian : Take-home
PETUNJUK
1. Jawablah
soal-soal berikut dengan memergunakan bahasa Indonesia yang baik dan bernalar.
2. Jawaban
ditulis pada lembar folio bergaris yang disediakan panitia UAS. (Silakan minta lembar
jawaban kepada petugas).
3. Lembar
jawaban dikumpulkan langsung kepada Ibu sesuai jadwal UAS ( Sabtu, 22
September 2012, pukul 13.00 di R. D.06 ).
Selamat, semoga Andalah pemilik hasil terbaik.
SOAL
Bagian 1:
Baca dan pahamilah cerpen berjudul “Salawat Dedaunan” karya Yanusa Nugroho. Setelah itu jawablah pertanyaan berikut.
Maaf, soal sengaja dihapus setelah dilihat oleh mahasiswa.
Maaf, soal sengaja dihapus setelah dilihat oleh mahasiswa.
Cerpen "salawat dedaunan" sangat bagus, menarik dan maknanya yang mendalam, untuk mengingatkan kita kepada Allah Swt yang telah menciptakan dunia beserta isinya.Sebagai contoh yang baik seorang tokoh nenek yang mempunyai kesungguhan dan ketulusan hati untuk meminta ampun kepada sang Pencipta.tokoh ini juga telah menyadarkan Pak Ibrahim tentang arti sebuah kesungguhan dan ketulusan memohon ampunan. Namun sesungguhnya pesan tersebutjuga ditujukan kepda kita, para pembaca. Mudah-mudahan ada hikmahnya untuk kita semua. Amin....
BalasHapusLembaran "Salawat Dedaunan" yang beberapa hari ini saya buka, layaknya live frame saya di 8 tahun silam. Saya mengalami kehidupan seperti itu tapi sebatas menjaga kebersihan dan kemakmuran masjid. Tidak seperti sosok "rahasia" nenek yang merasa berdosa besar dan yakin atas usahanya akan menghapus semua dosanya, tetapi "lupa" salah satu hakikat pendekatan diri sebagai wujud ampun padaNya yakni Ibadah Shalat.
BalasHapusMuncul pertanyaan:
1. Apa Yanusa Nugroho lupa pencitraan sang tokoh utama (nenek)?
2. Dan adakah kejelasan tentang sosok "aku" yang muncul dan bertanya di akhir cerita?
3. Atau semua itu dilakukan secara terrencana untuk memancing interpretasi dari pembaca?
Setelah membaca dan menyimak, kesan yang pertama muncul adalah muncul nuansa kerohanian yang sangat menyentuh hingga sampai hati ingin menyerupainya, meski 2 pertanyaan nomor 1 dan 2 di atas nyaris menghalanginya. Karena saya merasa ada amanat, latar dan pencitraan yang tidak tersampaikan dengan lengkap yang membuat ceritanya sedikit ngambang. Terlebih tidak lengkap sebagai bahan kajian dalam proses pengerjaan tugas.
Satu yang sangat membuat hati ini terkagum yakni tingkah laku Nenek yang sungguh-sungguh dan konyol. Terlihat dari Shalawatnya yang ingin menyatukan diri yang berlumur dosa dan kecintaan atas Nabinya dengan harapan dosanya terhapus. Hingga kesan dirinya terhipnotis, tak segera ia sadari hingga akhir hayatnya.
Pencitraan yang sungguh tragis dan tak berujung
Diceritakan dalam buku cerpen “ salawat Dedaunan “ ialah untuk mengingatkan kepada kita, harus selalu mengingat sang Maha Pencipta yang telah menciptakan langit, bumi beserta isinya hanyalah milikNya dan menjalin kebersamaan/silaturahmi sesama umat muslim. Akan tetapi manusia dengan lupa siapa pemilik itu semua, penyesalan bukan satu-satunya jalan keluar dari permasalahan akan tetapi kita tidak boleh mengulangi perbuatan yang tidak terpuji. Pengarang cerpen itu mengingatkan kita bahwa haruslah mendekatkan diri kita dengan cara menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Bertaubat jalan satu-satunya untuk tidak berbuat hal yang tidak terpuji terulang kembali, tidak ada kata terlambat kalau kita mau merubah semua itu. maka Tuhanpun akan mengampuni segala perbuatan kita. Maka dari itu dalam kisah “ Salawat Dedaunan “ menjadi sentuhan bagi para pembacanya untuk selalu senantiasa mendekatkan diri kepadaNya.
BalasHapus