Sudah hampir setahun, sejak kau menitipkan rindu untuk ayahmu.
Kau tak pernah muncul lagi, kau menghilang tanpa jejak.
Dimanakah engkau Crank? ( Isna S. ).
Mahasiswaku ...
Bacalah titipan rindu dari Crank
yang Bunda sajikan di bawah ini dan pahamilah maksudnya.
Setelah itu rangkailah kata terkait itu untuk dibagikan pada sesama.
Ku tumpangkan jualah rinduku pada ayahku lewat sajak dahsyat ini,
barangkali karena rinduku tak bisa bernyanyi,
barangkali jua karena rinduku cuma bisa bergumam.
tapi, dalam setiap diam aku selalu merindu.
“Selalu, Ayah”
---
Begitulah cara Crank menitipkan rindu
melalui komentar yang ditulisnya terhadap puisi
berjudul, "AYAH: Nyanyian hati sang petualang cinta"
pada http://uniisna.wordpress.com/2011/04/01/
ayah-nyanyian-hati-seorang-petualang-cinta-3/.
Rindu mengabadi
BalasHapusdalam relung hati
mengiring langkah diri
Rindu mengabadi
padanya yang mengilhami
sampai nanti, sampai mati...
kurasakan hadirmu wahai Ibu
BalasHapusmenusuk pelan-pelan
laksana nyala lilin
dari api sanubari
tak ku lihat, tapi ku rasa
terima kasih ...
Ibu
oh...ibu..
BalasHapusDengan apa aku membalas pengorbananmu
andaipun aku memiliki segalanya
tak mungkin cukup membalas
jeramu ibu...
Tatkala aku menatapmu...
HapusDan bersimpuh di atas pangkuannya
Tertumpah rasa kerinduanku pada Sang Ayah...
Tangannya yang halus, mulus membelai kepalaku...
Bergetarlah seluruh jiwa ragaku...
Musnahlah api semangat juangku...
Namun Ayah berkata..
"Anaku sayang..
Hidup berubah setiap hari
Hidup adalah bayangan
hidup adalah cahaya
Setiap kejadian di bumi memenuhi kehidupan
Kapan saja waktu adalah milikmu
Hari esok mungkin tidak ada..."
DAN LANGITPUN MELEPAS BIRUNYA PADA LAUT
BalasHapus(dari guru kepada muridnya)
Angin mengizinkanku melepasmu, anakku
Tapi tiang, layar dan temali
enggan berlaut malam ini
Ada ombak yang mengikis karang batu, anakku
Dan lapuk diterkam waktu
Bukankah kau harus bergegas, anakku?
Sebelum langit terlepas
Hutan telanjang dan bumi memelas
Terbang bebas anakku….
Memetik cakrawala
Menyentuh dasar samudra
Dan jika tercapai cita
Bertandanglah untuk sekedar memayungi luka di rimba,
tangis para saudara
Sedangkan duduk di atas karang batu
Kau mungkin hendak menjala rindu
Sebab dengus nafasmu mencatat nama
bukan untuk kemudian dilupakan
Dan telah ku pesankan jadwal untukmu
Sebagai alamat pulang pada kehidupan
Yang akan disinggahi kemudian
Lepas anakku…
Ini kali kita berpaut
Dan langitpun melepas birunya pada laut
Pangandaran, 23 Mei 2008